TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pertanian akan menyiapkan roadmap produk bioteknologi pertanian. Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan mengatakan pembuatan roadmap itu untuk memberikan kepastian kepada pengambil kebijakan untuk meningkatkan produksi pertanian dari hasil bioteknologi.
“Saya sudah meminta pusat bioteknologi pertanian di Bogor untuk segera membuatroadmap atau peta jalan pengembangan bioteknologi di Indonesia. Kami menyiapkan aspek kebijakan untuk bioteknya, bagaimana agar mampu mendukung peningkatan produksi pangan, seperti beras, jagung, kedelai, dan gula,” kata Rusman, Senin, 20 Februari 2012.
Menurut dia, penerapan bioteknologi akan memberikan dua keuntungan, yakni peningkatan produksi pertanian dan pengurangan biaya produksi karena penggunaan pestisida akan berkurang. Dengan begitu, kesejahteraan petani bisa meningkat.
“Bioteknologi ini solusi produksi pertanian, tetapi bukan segala-galanya. Meski ada kekurangan, tapi harus dijelaskan terbuka dan jujur,” katanya. Rusman menegaskan Kementerian Pertanian akan mengadopsi pangan bioteknologi sebagai program pertanian Indonesia ke depan.
Rusman meminta kepada Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Biotek Kementerian Pertanian harus memilih produk pangan yang menggunakan biotek karena selama ini bioteknologi belum diimplementasikan secara luas.
Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Biotek dan Sumber Daya Genetika, Karden Mulya, mengatakan, dari sisi kebijakan, pedoman mengenai pengkajian keamanan pangan produk bioteknologi sudah diterbitkan tahun 2008. “Memang kami akui dari sisi teknologinya masih lamban karena tidak semua teknologi bisa diterapkan di Indonesia,” ujarnya dalam kesempatan yang sama.
Dia mencontohkan, produk bioteknologi kedelai tidak bisa langsung ditanam di Indonesia karena kedelai sangat sensitif dengan paparan sinar matahari. Paparan sinar matahari di Indonesia bisa mencapai 12 jam. Akibatnya, kedelai hasil bioteknologi tidak menghasilkan biji. Untuk itu tanaman kedelai hasil bioteknologi masih dalam proses perbaikan.
“Tapi, untuk produk jagung bioteknologi, sudah dikaji dan dinyatakan aman pangan. Produk bioteknologi harus memenuhi syarat aman pangan dan lingkungan sebelum disebarluaskan,” ujarnya.
Sementara itu, pendiri International Service for the Acquisition of Agri-Biotech Applications, Clive James, mengatakan adopsi tanaman bioteknologi saat ini terus berkembang. Sepanjang 2011 lalu, tambahan luas areal tanam produk bioteknologi dunia mencapai 12 juta hektare atau tumbuh delapan persen dibandingkan tahun 2010.
Laju pertumbuhan tanaman biotek di negara berkembang sebesar 11 persen atau 8,2 juta hektare selama 2011. Ini menunjukkan dua kali lebih cepat dan dua kali lebih besar dari negara industri yang sebesar 5 persen atau 4,8 juta hektare.
Menurut James, ada tiga persyaratan yang diperlukan untuk kesuksesan dalam komersialisasi tanaman biotek. Pertama, negara harus menjamin dukungan dan kemauan politiknya. Kedua, mengembangkan teknologi sifat yang inovatif yang memiliki dampak nyata. Ketiga, jaminan kepastian berbasis ilmu pengetahuan, pengaturan waktu, dan keefektifan biaya.
“Semua itu perlu dilakukan untuk menyediakan petani sebuah teknologi baru untuk pertumbuhan dan produktivitas yang berkelanjutan,” kata James.
Sumber : http://www.tempo.co/read/news/2012/02/20/090385223/Roadmap-Bioteknologi-Pertanian-Disiapkan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar